Ladies, isu kesetaraan pendidikan bagi pria dan wanita sudah pudar seiring berjalannya waktu. Pria dan wanita di Indonesia bisa menempuh pendidikan tanpa perbedaan. Tetapi kondisi ini berbeda di negara Pakistan, anak perempuan masih sulit bahkan dilarang menempuh pendidikan.
Hal ini membuat
seorang gadis remaja berusia 15 tahun memperjuangkan pendidikan bagi
kaumnya. Malala Yousafzai adalah nama gadis ini. Dia hampir kehilangan
nyawanya setelah ditembak oleh pria bersenjata Taliban setelah menulis
di sebuah blog mengenai pentingnya pendidikan bagi perempuan.
Malala tidak menyerah,
selama masa pemulihan di rumah sakit, dia tetap aktif membaca dan
berterima kasih atas perhatian warga dunia pada perjuangannya. Mari
simak kegigihan gadis muda yang pemberani dan penuh inspirasi ini.
Tertembak Demi Pendidikan Untuk Perempuan
Tanggal 9 Oktober
menjadi hari yang suram bagi Malala, seorang pria menembak kepala dan
memukulinya. Kondisi yang sangat kritis itu membuat Malala diterbangkan
ke Inggris untuk menjalani pengobatan di Birmingham Queen Elizabeth
Hospital. Gadis remaja ini hampir kehilangan nyawa karena peluru yang
ditembakkan nyaris mengenai otaknya, bagian yang sangat vital.
Sebelum penembakan
terjadi, Malala ada di van sekolahnya di pinggir kota Mingora, kemudian
beberapa orang bersenjata menghentikan kendaraan itu. Orang-orang
bersenjata itu meminta gadis lain mengidentifikasi Malala, yang pada
awal 2009 telah menulis sebuah blog tanpa nama tentang kehidupan di
bawah Taliban. Blog itu juga menceritakan larangan sekolah bagi semua
perempuan di daerah tersebut.
Keberanian Malala
menyuarakan perjuangan membuat pria bersenjata menembaknya dan memukul
dia di bagian kepala dan leher, demikian menurut para pejabat setempat
seperti dilansir Dailymail.
Dukungan Dunia Untuk Malala
Penembakan yang
dialami Malala mendapat perhatian besar di seluruh dunia, bahkan memicu
kemarahan internasional. Pihak Taliban sendiri mengeluarkan pernyataan
secara online bahwa jika Malala selamat dan bertahan hidup, mereka akan
menyerangnya lagi.
Sementara itu, ribuan
orang bersimpati atas perjuangan dan keberanian Malala menentang
peraturan di tempat tinggalnya. Selama dirawat, Malala banyak
mendapatkan dukungan berupa surat, kartu ucapan dan gambar. Termasuk
beberapa hadiah untuk menemani masa pemulihannya, antara lain buku
sekolah, CD lagu, uang saku, mainan, pakaian, perhiasan dan sebagainya.
Dari semua hadiah itu, tampaknya Malala menyukai buku, karena waktu di
rumah sakit dihabiskan untuk membaca.
Melihat banyaknya
dukungan untuk Malala, ayah gadis ini mengatakan dia sangat tersentuh
pada perhatian warga dunia untuk putrinya. "Saya berterima kasih kepada
semua cinta dari para simpatisan dan mengutuk upaya pembunuhan pada
Malala, yang berdoa untuk kesehatan dan mendukung perdamaian,
pendidikan, kebebasan berpikir dan kebebasan berekspresi.
Malala sendiri
mengatakan bahwa dia bersyukur dan kagum pada pria, wanita dan anak-anak
di seluruh dunia yang telah memberi perhatian pada kesehatan dan
kondisi Malala.
Nobel Perdamaian Untuk Malala
Keberanian gadis muda
ini menuai pujian, tidak hanya perjuangan untuk bertahan hidup, tetapi
juga keberanian Malala dalam menyerukan hak-hak perempuan dan anak
perempuan di Pakistan. Ribuan hadiah dan kartu ucapan yang dia terima
sejak tiba di Birmingham pada tanggal 15 Oktober rasanya tidak cukup.
Di Inggris, Shahida
Choudhary berkampanye pada Perdana Menteri dan politisi terkemuka untuk
menulis kepada komite Nobel Perdamaian untuk merekomendasikan Malala.
Menurutnya, Malala tidak hanya sekedar wanita muda, dia telah
menyuarakan pendapatnya agar semua orang mendapatkan pendidikan tanpa
membedakan jenis kelamin. Shahida Choudhary juga salah satu pejuang
pendidikan dari Pakistan yang melarikan diri ke Inggris karena dipaksa
menikah saat berusia 16 tahun.
Perjuangan Malala
belum berakhir, ditambah lagi dengan kecaman pihak Taliban yang masih
mengincar nyawanya. Semoga kesehatan Malala segera pulih dan mendapat
bantuan dari banyak pihak agar semua orang bisa mendapatkan pendidikan
yang layak tanpa batasan jenis kelamin ataupun gender.
http://sorsow.blogspot.com/2012/11/perjuangan-gadis-pakistan-demi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar